Gatra.Com (24/04/2008), Wajah Juli Prasetyo sumringah. Warung kelontong pria 37 tahun itu mulai berkembang. Omsetnya berlipat. Bila semula Rp 1,2 juta, sekarang ia bisa memperoleh hingga Rp 2,5 juta per hari. Dari angka itu, Juli bisa memetik untung Rp 125.000 saban hari. Ia pun bersyukur punya rak baru untuk memajang barang jualannya. Stok barang dagangan juga makin banyak, katanya.
Kebahagiaan yang sama dirasakan Baban Saebani, 49 tahun. Usaha pembuatan kerupuknya makin moncer. Ia bisa meningkatkan produksinya dengan 7-7,5 ton tapioka, dua kali lipat dari jumlah sebelumnya. Omsetnya Rp 6 juta-Rp 7 juta per hari, dengan laba yang ia kantongi 15%. Karyawannya pun bertambah empat orang, hingga kini total 27 orang.
Juli dan Baban adalah dua dari 3.755 warga Purworejo yang merasakan manisnya Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI. KUR merupakan upaya pemerintah dalam menggerakkan sektor riil. KUR diluncurkan pada 5 November 2007 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Pusat BRI, Jakarta. Kredit ini disalurkan untuk sektor ekonomi produktif dengan suku bunga maksimum 16%. Sasaran utamanya adalah lima sektor usaha, yakni pertanian, perikanan dan kelautan, koperasi, kehutanan, perindustrian, dan pergadangan. Jumlah plafon kredit maksimum Rp 500 juta per debitur. Selanjutnya, pada Februari 2008, diperkenalkan KUR Mikro dengan plafon hingga Rp 5 juta.
Syarat kreditnya lebih lunak, mudah, dan tanpa agunan tambahan. Calon debitur cukup membuktikan bahwa usahanya layak untuk dibiayai. Prosesnya sampai dua minggu. Saya memberikan KTP, KK, dan pengantar kelurahan sebagai syarat pengajuan kredit, kata Juli Prasetyo.
Hingga saat ini, pencairan KUR BRI telah mencapai plafon lebih dari Rp 2 trilyun, dengan jumlah debitur lebih dari 260.000 orang. Dari jumlah tersebut, hampir Rp 1 trilyun di antaranya tersebar kepada lebih dari 251.000 debitur KUR Mikro. BRI ingin menekankan bahwa pada sektor ini, yang terpenting adalah aksesibility-nya. KUR sangat relevan karena usaha kecil memiliki akses mendapat modal usaha, papar Direktur UMKM BRI, Sulaiman Arif Arianto.
Porsi Terbesar untuk UMKM
Tak salah bila UMKM menjadi core business BRI. BRI pun memberi porsi yang besar terhadap pasar UMKM. Persentasenya mencapai 80% ketimbang pangsa korporat yang 20%. Pengalaman BRI dalam menyalurkan Kupedes terhadap jenis usaha ini menunjukkan, tingkat pengembalian pinjaman mereka amat bagus. Karenanya, BRI percaya dalam memberikan kredit tanpa jaminan aset. Kalaupun bermasalah, itu semata karena risiko bisnis, bukan karena mereka nakal. BRI tidak bicara untung, tapi lebih senang melayani UMKM, Sulaiman menambahkan.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai program KUR sangat tepat sebagai upaya mengurangi kemiskinan. Presiden menginginkan program KUR dijalankan dengan langkah-langkah yang benar. Jangan ada penyimpangan apa pun agar tepat sasaran, kata presiden. Direktur Utama BRI, Sofyan Basir, menyatakan akan terus menggenjot program KUR, terutama KUR Mikro. Menurut dia, potensi pasar usaha mikro dan kecil di bawah Rp 5 juta sangat besar dan ruangnya masih terbuka lebar. Dalam dua bulan saja, pertumbuhannya jauh lebih cepat dari Kupedes, hingga di atas 6-7 kali Kupedes. Sangat signifikan, Sofyan menandaskan.
Sekarang BRI berupaya melakukan jemput bola. BRI akan masuk ke pasar-pasar tradisional, sentra-sentra industri kecil, dan pusat-pusat kerajinan untuk melancarkan program KUR. Jadi, BRI proaktif melakukan marketing untuk mencari pasar yang baru, katanya. Untuk itu, BRI akan menambah tenaga marketing dan mantri BRI hingga 1.000 orang, yang khusus diterjunkan untuk jemput bola KUR tersebut.
Hingga akhir tahun 2008 ini, BRI akan terus memacu KUR. Total dana yang dikucurkan mencapai Rp 4 trilyun-Rp 5 trilyun. Alokasinya, maksimum 70%-80% untuk KUR Mikro dan sisanya untuk KUR biasa. Jadi, sekitar Rp 3,2 trilyun siap mengalir ke pedagang-pedagang kecil untuk menopang usahanya. Boleh jadi, akan lebih banyak lagi orang-orang semacam Juli dan Baban yang tersenyum dan mengucap syukur dengan kucuran KUR Mikro BRI ini.
Sumber : http://www.sme-center.com
Kebahagiaan yang sama dirasakan Baban Saebani, 49 tahun. Usaha pembuatan kerupuknya makin moncer. Ia bisa meningkatkan produksinya dengan 7-7,5 ton tapioka, dua kali lipat dari jumlah sebelumnya. Omsetnya Rp 6 juta-Rp 7 juta per hari, dengan laba yang ia kantongi 15%. Karyawannya pun bertambah empat orang, hingga kini total 27 orang.
Juli dan Baban adalah dua dari 3.755 warga Purworejo yang merasakan manisnya Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI. KUR merupakan upaya pemerintah dalam menggerakkan sektor riil. KUR diluncurkan pada 5 November 2007 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Pusat BRI, Jakarta. Kredit ini disalurkan untuk sektor ekonomi produktif dengan suku bunga maksimum 16%. Sasaran utamanya adalah lima sektor usaha, yakni pertanian, perikanan dan kelautan, koperasi, kehutanan, perindustrian, dan pergadangan. Jumlah plafon kredit maksimum Rp 500 juta per debitur. Selanjutnya, pada Februari 2008, diperkenalkan KUR Mikro dengan plafon hingga Rp 5 juta.
Syarat kreditnya lebih lunak, mudah, dan tanpa agunan tambahan. Calon debitur cukup membuktikan bahwa usahanya layak untuk dibiayai. Prosesnya sampai dua minggu. Saya memberikan KTP, KK, dan pengantar kelurahan sebagai syarat pengajuan kredit, kata Juli Prasetyo.
Hingga saat ini, pencairan KUR BRI telah mencapai plafon lebih dari Rp 2 trilyun, dengan jumlah debitur lebih dari 260.000 orang. Dari jumlah tersebut, hampir Rp 1 trilyun di antaranya tersebar kepada lebih dari 251.000 debitur KUR Mikro. BRI ingin menekankan bahwa pada sektor ini, yang terpenting adalah aksesibility-nya. KUR sangat relevan karena usaha kecil memiliki akses mendapat modal usaha, papar Direktur UMKM BRI, Sulaiman Arif Arianto.
Porsi Terbesar untuk UMKM
Tak salah bila UMKM menjadi core business BRI. BRI pun memberi porsi yang besar terhadap pasar UMKM. Persentasenya mencapai 80% ketimbang pangsa korporat yang 20%. Pengalaman BRI dalam menyalurkan Kupedes terhadap jenis usaha ini menunjukkan, tingkat pengembalian pinjaman mereka amat bagus. Karenanya, BRI percaya dalam memberikan kredit tanpa jaminan aset. Kalaupun bermasalah, itu semata karena risiko bisnis, bukan karena mereka nakal. BRI tidak bicara untung, tapi lebih senang melayani UMKM, Sulaiman menambahkan.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai program KUR sangat tepat sebagai upaya mengurangi kemiskinan. Presiden menginginkan program KUR dijalankan dengan langkah-langkah yang benar. Jangan ada penyimpangan apa pun agar tepat sasaran, kata presiden. Direktur Utama BRI, Sofyan Basir, menyatakan akan terus menggenjot program KUR, terutama KUR Mikro. Menurut dia, potensi pasar usaha mikro dan kecil di bawah Rp 5 juta sangat besar dan ruangnya masih terbuka lebar. Dalam dua bulan saja, pertumbuhannya jauh lebih cepat dari Kupedes, hingga di atas 6-7 kali Kupedes. Sangat signifikan, Sofyan menandaskan.
Sekarang BRI berupaya melakukan jemput bola. BRI akan masuk ke pasar-pasar tradisional, sentra-sentra industri kecil, dan pusat-pusat kerajinan untuk melancarkan program KUR. Jadi, BRI proaktif melakukan marketing untuk mencari pasar yang baru, katanya. Untuk itu, BRI akan menambah tenaga marketing dan mantri BRI hingga 1.000 orang, yang khusus diterjunkan untuk jemput bola KUR tersebut.
Hingga akhir tahun 2008 ini, BRI akan terus memacu KUR. Total dana yang dikucurkan mencapai Rp 4 trilyun-Rp 5 trilyun. Alokasinya, maksimum 70%-80% untuk KUR Mikro dan sisanya untuk KUR biasa. Jadi, sekitar Rp 3,2 trilyun siap mengalir ke pedagang-pedagang kecil untuk menopang usahanya. Boleh jadi, akan lebih banyak lagi orang-orang semacam Juli dan Baban yang tersenyum dan mengucap syukur dengan kucuran KUR Mikro BRI ini.
Sumber : http://www.sme-center.com
No comments:
Post a Comment